Riwayat
Hidup
Hans
jonas adalah seorang filosof Jerman-Amerika berketurunan yahudi. Jonas studi
dibawah bimbingan
Husserl, Heidegger, dan Bultmann. Tahun 1933, sewaktu
Adolf Hitler mengambil alih kekuasaan, Jonas meninggalkan Jerman dan pergi ke
Palestina. Jonas sempat tertarik pada gerakan Zionis, tetapi kemudian meninggalkannya.
Jonas
pindah ke Kanada pada tahun 1949. Jonas mengajar di Montreal dan
Ottawa di Kanada,dan sejak tahun 1955 menetap ke Amerika
Serikat. Jonas menerbitkan sebuab buku yang berjudul Das Prinzip Verantwortung.
Tlersuch einer ethic fur the teclznalogisclze : ivilisation (prinsip tanggung
jawab. Percobaan sebuah etika bagi keberadaan teknologis pada tahun 1979.
Jonas
mengembangkan etikanya dengan melihat seluruh sejarah filsafat barat sebagai
berikut:
1.
Keadaan manusia, ditentukan oleh kodrat manusia dan
kodrat realitas, pada hakikatnya tetap untuk selama-lamanya.
2.
Atas dasar keadaan manusia ditentukan oleh kodrat
manusia dan kodrat realitas maka, apa yang baik bagi manusia dapat ditentukan
dengan gampang dan jelas.
3.
Jangkauan tindakan manusia, dan karena itu tanggung
jawab manusia amat terbatas.
Menurut
Jonas, pengandaian-pengandaian ini tidak berlaku ladi di masa ini, dan oleh
karena itu kita membutuhkan sebuah etika yang baru.
PEMIKIRAN
HANS JONAS
Etika
Tradisional
Jonas
melihat bahwa etika tradisional tidak lagi mencukupi untuk menghadapi tantangan
masa kini dan masa depan di mana teknologi menjadi suatu bagian yang sangat
menentukan kehidupan manusia. Teknologi telah mengamplifikasi semua perbuatan
manusia yang belum pernah dibayangkan oleh etika tradisional. Manusia mengeksploitasi alam demi keuntungannya sendiri dengan teknologi
yang diciptakannya,. Sebagai contoh, mesin chainsaw menebangi hutan; mesin
dongfeng untuk mengeruk emas yang ada di perut bumi. Revolusi Industri
tidak bisa melihat efek pencemaran lingkungan yang akan disebabkan olehnya
sebagai akumulasi beberapa abad kemudian. Kemajuan teknologi pengobatan juga
tidak bisa melihat akibat ledakan penduduk karena membaiknya angka harapan
hidup. Teknologi pertanian yang menaikkan produktivitas pangan telah membawa
masalah bagi kesehatan umat manusia. Kemajuan
teknologi, di satu sisi, memang membuat hidup manusia menjadi lebih mudah, namun
di sisi lain kemajuan itu telah membuat alam rusak. Sistem
finansial yang membawa pada kemakmuran ternyata sangat rentan dan memiliki
dampak yang sangat besar bagi masyarakat terutama yang paling miskin, jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Siapa yang bermodal,
dialah yang menguasai ekonomi, politik dan teknologi. Manusia yang tidak punya
modal akan semakin tergusur dan terjepit. Jumlah orang miskin pun semakin
bertambah. Generasi-generasi kita ke depan terancam. Dalam situasi seperti ini,
etika tradisional, yang hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan
dekat dan sesaat, tidak memadai lagi. karena itu kita membutuhkan sebuah
etika yang baru, yang menuntut tanggung jawab akan masa depan.
Etika baru
Jonas ini melawan etika deontologis yang menjamin selama manusia mendasarkan
tindakan pada prinsip-prinsip etis, maksud baik misalnya yang akan menjamin
kebaikan. Jonas melihat bahwa ini tidak memadai, maksud baik tidak menjamin
kebaikan di masa datang, karena manusia tidak sempurna, manusia tidak bisa
memahami seluruh konsekuensi dari tindakannya, baik dalam skala ruang maupun
waktu.
Heuristika
Ketakutan
Etika Jonas
berangkat dari heuristika ketakutan. Heuristika ketakutan adalah membayangkan
sebuah konsekuensi di masa depan, seraya menumbuhkan perasaan sesuai dengan yang
kita bayangkan tersebut. Hanya dengan cara seperti ini, menurut Jonas, kita
bisa menghadirkan sebuah etika di dalam dunia sekarang ini.
Untuk itu Jonas
merinci empat prinsip umum etikanya:
1.
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga akibat-akibat tindakanmu
dapat diperdamaikan dengan kelestarian kehidupan manusiawi sejati di bumi.
2.
Bertindaklah sedemikan rupa sehingga akibat-akibat
tindakanmu tidak sampai merusak kemungkinan-kemungkinan kehidupan manusia
dimasa depan.
3.
Jangan membahayakan syarat-syarat kelestarian
kehidupan tak terbatas umat manusia di bumi.
4.
Dalam pilihanmu sekarang dan keutuhan manusia
mendatang harus menjadi bagian dan tujuan kehendakmu.
Dengan
demikian, ramalan negatif akan masa depan yang buruk harus didahulukan,
meskipun ramalan itu belum pasti. Manusia bisa hidup jika ramalan yang baik
tidak terwujud, namun manusia jelas tidak bisa hidup kalau ramalan yang buruk
terjadi, sekecil apa pun probabilitasnya. Mendahulukan ramalan yang baik dengan
mengesampingkan ramalan yang buruk, apalagi yang mempertaruhkan seluruh umat
manusia, secara etis tidak dapat dibenarkan. Manusia dapat hidup tanpa
keuntungan tertinggi, tetapi tidak dengan keburukan tertinggi.
Jonas
kemudian menunjukkan bahwa etika tradisional juga belum mencukupi untuk membela
kepentingan umat manusia di masa datang. Yang pertama, di dalam etika
tradisional, manusia bertanggung jawab terhadap subjek yang ada, tetapi
terhadap subjek yang belum hadir, etika tradisional diam. Etika masa depan
justru menuntut manusia juga untuk bertanggung jawab atas subjek yang belum
hadir itu. Yang kedua adalah prinsip timbal balik dalam keadilan berdasarkan
persamaan hak yang biasa berlaku dalam etika tradisional. Etika tradisional
juga tidak berlaku di sini. Tidak ada timbal balik dalam hal tanggung jawab
akan masa depan. Masa depan tidak bisa membalas kebaikan masa lalu, mereka
hanya merasakan akibat darinya. Jonas menunjukkan bahwa ini justru adalah
kekuatan etika tanggung jawab, yaitu etika tidak bersifat timbal balik.
Pemahaman
atas pembelaan Jonas terhadap masa depan, manusia harus memahaminya dari sebuah
kalimat bahwa “apa yang ada, memang sebaiknya ada.” Ini mengacu pada kehidupan.
Karena kehidupan itu ada, maka manusia harus dipertahankan. Untuk menyadari
bahwa sesuatu itu ada dibutuhkan suatu refleksi, dan dari seluruh makhluk hidup
hanya manusialah yang sudah sampai pada titik ini. Oleh karena ia telah sadar
bahwa kehidupan itu ada, maka tanggung jawab untuk melestarikan seluruh
kehidupan jatuh kepadanya.
Jonas dengan menggunakan teori evolusi
menjelaskan bahwa kehidupan adalah sebuah puncak dari evolusi anorganik. Kehidupan
telah hadir maka, kehidupan harus dipertahankan. Begitu kehidupan hadir, maka
manusia lahir dengan dorongan untuk mempertahankan dirinya. Dorongan ini begitu
primordial bagi kehidupan dan mewarnainya. Keanekaragaman alam yang merupakan
proses evolusi juga menunjukkan bahwa keanekaragaman kehidupan itu memang ada,
dan alam juga harus dipertahankan.
Jonas
kemudian melihat adanya keterarahan dalam evolusi, dengan manusia sebagai hasil
evolusi tertinggi. Kesadaran, buah evolusi dalam manusia yang adalah puncak
dari evolusi juga harus dipertahankan. Kesadaran ini menuntut tanggung jawab,
dengan pengandaian, semakin tinggi derajat di dalam ekosistem, semakin besar
tanggung jawabnya. Alam yang tidak berdaya tidak membalas perbuatan kita,
justru itu alam semakin menuntut manusia untuk bertanggung jawab kepadanya.
Tanggung
Jawab akan Masa Depan
Immanuel Levinas
juga merumuskan etika tanggung jawab, tetapi etika tanggung jawab Levinas
berhenti pada orang lain yang muncul di hadapan kita. Levinas Telah merumuskan
sangat baik mengapa kita harus bertanggung jawab pada orang lain. levinas
mengacu pada pengalaman primordial. levinas berhenti di situ dan tidak bisa
menjelaskan keadilan. Keadilan yang adalah sebuah ide hasil refleksi seperti
berada di luar jangkau Lévinas, karena keadilan berhubungan dengan “banyak”
yang lain.
Etika tanggung
jawab Jonas memperlihatkan bahwa bertanggung jawab pada orang lain ini belum
cukup. Tanggung jawab tidak berhenti di situ. Tanggung jawab juga meluas pada
subjek di masa depan yang belum lahir. Untuk itu Jonas memperluas etika
tanggung jawab dari Lévinas dengan bukan saja menjadikan pertemuan manusia
dengan orang lain sebagai tanggung jawab. Jonas menjadikan pertemuan dengan
“orang lain yang belum lahir” juga sebagai tanggung jawab manusia. Tanggung
jawab manusia bukan hanya pada orang lain secara langsung, melainkan tanggung
jawab akan kelestarian seluruh spesies umat manusia. Subjek masa depan ini
malah lebih tidak berdaya dari muka telanjang yang hadir di muka manusia
sekarang. Subjek masa depan memanggil manusia untuk tidak mengacuhkannya
apalagi membunuhnya; Subjek masa depan memanggil manusia untuk bertanggung
jawab atas mereka.
Jonas juga
memperkuat etika tanggung jawab Lévinas dalam hal ketimbalbalikan. Jonas
menunjukkan bahwa kekuatan etika tanggung jawab justru adalah di saat tanggung
jawab tidak timbal balik. Kehadiran subjek di hadapan manusia yang menuntut
tanggung jawab, menuntut manusia tanpa untuk berpikir akan adanya timbal balik.
Jonas juga memperluas etika tanggung jawab Lévinas tidak hanya pada yang lain
sebagai manusia melainkan seluruh alam. Alam hadir di hadapan manusia juga
sebagai yang lain dan yang total. Alam tidak berdaya, dan manusia bisa
membunuhnya. Alam hadir juga menuntut supaya manusia bertanggung jawab atas
dirinya, sama seperti manusia bertanggung jawab terhadap manusia yang lain.
Kekurangan
Etika Jonas
Etika Jonas
bukannya tidak bermasalah. Jonas meninggalkan sebuah pekerjaan rumah, yaitu
bagaimana manusia menjalankan tanggung jawabnya tersebut. Pertanyaan ini sulit
untuk dijawab karena manusia berada pada tingkat moralitas yang berbeda. Jonas
memberikan usulan
untuk menjawab masalah dengan kediktatoran. Kediktatoran adalah sebuah hasil
refleksi walaupun kediktatoran adalah sebuah kediktatoran yang baik, telah
melampaui pengalaman fenomenologis, yang menuntut manusia untuk tidak
membunuhnya dan memperlakukan alam sebagai totalitas. Diktator menuntut manusia
untuk bertindak keras terhadap yang lain, jika manusia melihat bahwa mereka
membahayakan seluruh umat manusia. Di sini jonas dihadapkan dengan prinsip
keadilan.
Kelebihan
Etika Jonas
Dari
pemikiran Jonas ini dapat diketahui bahwa Jonas lebih mengedepankan tanggung
jawab terhadap alam. Tanggung jawab bukan hanya pada orang lain secara
langsung, melainkan tanggung jawab manusia akan kelestarian seluruh spesies
umat manusia.
Sumbangan
Bagi Indonesia
Sumbangan
pemikiran Hans Jonas dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian. Yaitu
pembuatan pestisida alami. Dengan pestisida ini diharapkan tanaman yang akan
dikonsumsi manusia tidak berbahaya begitu juga untuk kesehatan tubuh manusia,
sehingga proses evolusi berlangsung dengan baik. Selain itu pestisida ini tidak
mencemari udara dan lingkungan.
Sumbangan
pemikiran Jonas dalam Arsitektur adalah saat perencanaan pembangunan sebuah
bangunan yang memiliki bukaan atau sirkulasi udara yang cukup banyak dan baik,
sehingga meminimalkan penggunaan AC yang dimana penggunaan ini dapat merusak
lapisan ozon di bumi. Selain itu, pada perencanaan tata kota diperluas dan
diperbanyak ruang terbuka atau ruang hijau yang dapat membantu penyaringan
udara bersih.
Sumbangan
pada bidang penggunaan bahan bakar minyak pada kendaraan dan juga pada listrik
diberlakukan pembatasan. Karena jika tidak dibatasi maka, Bahan bakar yang ada
di dalam bumi akan habis, sehingga akan menyengsarakan manusia yang akan
datang. Perlu adanya energi pengganti yang dapat menggantikan bahan bakar yang
ada sekarang, dan pengganti ini haruslah yang memiliki sifat ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Magnis-Suseno, Franz. 12
Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta:Kanisius, 2000
Sjursen, Harol P. Hans Jonas on “Responsibility” 2003. http://homepage.mac.com/haroldsjursen/Jonas_Responsibility.htm.
diakses tgl 23 maret 2012 pukul 14:18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar