PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kedudukan
filsafat dalam peradaban Cina dapat disamakan dengan kedudukan agama pada
peradaban lain. Di Cina, filsafat menjadi perhatian bagi setiap orang yang
berpendidikan. Tradisi pemikiran falsafah di Cina
bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon
Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan
pengasas filsafat Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk
ciri-ciri khusus bangsa Cina.
Filsafat Cina lebih banyak memusatkan perhatian pada
persoalan politik, kenegaraan dan etika. Filsafat Cina berkecendrungan
mengutamakan pemikiran praktis berkenaan masalah dan kehidupan sehari-hari.
Dengan perkataan lain filsafat cina cenderung mengarahkan pemikirannya pada
persoalan-persoalan dunia bukan pada persoalan-persoalan neraka dan surga, bersangkutan
dengan kehidupan manusia masa kini, bukan pada kehidupan manusia dalam dunia
yang akan datang.
Sepanjang sejarah filafat cina, muncul enam mazhab
penting. Keenamnya sering saling memengaruhi dan menggabungkan diri.
1. Ju chia atau Konfusianisme atau mazhab cendekiawan
2. Mo chia atau Mohisme atau mazhab cinta-kasih
3. Ming chia atau mazhab nama
4. Yin Yang chia atau mazhab Yin Yang
5. Fa chia atau mazhab hukum
6. Tao-te chia atau Taoisme atau mazhab jalan.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana riwayat hidup dan
pemikiran filsafat Lao Tze?
2.
Bagaimanakah pemikiran filsafat etika Lao
Tze?
3.
Kekurangan dan kelebihan pemikiran Lao
Tze?
4.
Relefansi pemikiran Lao Tze terhadap
kondisi Indonesia saat ini?
PEMBAHASAN
Riwayat Hidup dan Pemikiran Filsafat Lao Tze.
Lao
Tze hidup pada rentang masa 604-531 SM. Lao Tze dilahirkan di negara Ch'u yang
terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Lao Tze bernama
asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai
Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama
Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.'.
Menurut
sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao
Tze berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM,
di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tze hidup pada era Ciu dan hampir satu era
dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255
SM), Lao Tze sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai
seorang ahli perpustakaan, Lao Tze juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam
bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit
sekali catatan mengenai kehidupan Lao Tze. Karya besarnya adalah sebuah kitab
yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tze yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab Tao
Te Ching dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China.
Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tze tidak pernah hilang. Bagi
para Confucianis, Lao Tze dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi
kebanyakan orang, Lao Tze adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi
para Taois, Lao Tze merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan
keilahian agung mereka.
Jalan
Keutamaan
Lao
Tze, memiliki ajaran yang lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu
paham spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai
perkembangan selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tze dengan
kitab utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan keutamaan. Lao
Tze mempraktekkan prinsip jalan dan keutamaan tersebut. Lao Tze semakin
menjalankannya secara radikal yaitu dengan menjauh dari dunia dan hidup di
hutan. Lewat usahanya tersebut, Lao Tze dapat hidup panjang dan merupakan buah
dari usahanya menjalankan prinsip-prinsip kehidupan yang dibuatnya. Jalan Tao
muncul karena suatu protes terhadap manusia yang sangat peduli pada dirinya
sendiri, yang menurut Lao Tze merusak dirinya sendiri. Contoh yang paling
konkrit pada masa itu adalah perang. Perang sangat dibenci Lao Tze karena
perang sangat mementingkan diri penguasa saja. Rakyat dengan perang menjadi
semakin tepuruk dan menderita. Tidak ada kebahagiaan dan kedamaian yang didapat
dari peperangan.Manusia memang harus menemukan kebahagiaan, bukan kesuksesan.
Ini didiapat dengan mengikuti jalan Tao, bersatu dalam gerak Tao. Lao Tze dalam
hidup di jalan Tao juga merupakan seorang pribadi yang sangat asketis.
Wu wei
Lao Tze
hidup menyendiri terpisah dari dunia yang ramai, dengan menekankan prinsip
hidup wu wei, yaitu kesederhanaan, penuh kedamaian, ketenangan batin, dan
kemurnian pikiran atau budi. Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal
terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau
direncanakan. Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk
mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.
Dalam
hal tradisi, Lao Tze mengajak untuk menolak berbagai perayaan yang dibuat-buat dan
mahal. Lao Tze juga menolak adanya instrumen musik. Dengan wu wei ini, para
Taois dapat benar-benar bersatu dengan alam tanpa memperhitungkan baik buruknya
karena memang dengan bersatu atau selaras dengan alam adalah perbuatan baik
yang akan menghasilkan manusia yang bermutu.
Lao Tzeu
memberikan solusi yang digunakan dalam memperbaiki negara yaitu menghindar dari
struktur pemerintahan karena oknum-oknum dalam dinastilah sumber utama
ketidakberesan. Oknum-oknum dalam dinastilah yang menciptakan adanya peperangan.
Menurut Lao Tze jalan hidup sederhana adalah solusi tepat agar dinasti bisa
maju dan berkembang dengan saling menghargai dan menghargai martabat manusia.
Pada waktu buku Tao Te Ching ini ditulis, Dinasti Chou memang sedang mengalami
masa kemunduran. Jika dinasti ingin terus bangkit, dinasti harus mengurangi
peranannya dalam masyarakat. Dinasti tidak boleh terlalu ikut campur. Biarkan
saja segalanya berjalan seperti adanya.
Etika Lao Tze
Lao Tze
mengajarkan orang untuk mengenal hukum-hukum kodrat. Hukum kodrat bersifat
tetap. Jika manusia tidak mengenal yang tetap dan bertindak sewenang-wenang
tanpa melihat hukum, manusia akan terjerumus dalam bencana. Mengenal dan
bertindak sesuai dengan hukum itulah jalan yang harus dilalui manusia untuk
memperolah ketentraman dan mencapai tujuan-tujuannya. Penghayatan dan
penyelarasan diri dengan Tao akan membawa manusia pada kesempurnaan hidup,
karena sesuai dengan hukum kodrat. Kesesuaian dengan hukum kodrat didasarkan
pada prinsip Wu wei.
Di sisi
lain, Lao Tze sangat menekankan enam sikap penting yang harus diperjuangkan
oleh setiap individu manusia dalam kehidupan. Keenam sikap tersebut
ialah:
1.
Kesederhanaan
Kesederhanaan
merupakan pola, hidup yang sesuai dengan Tao. Kesederhanaan merupakan pola
hidup yang harus diupayakan, karena dengan hidup sederhana manusia dapat
menikmati hidup yang aman dan damai. Kesederhanaan berarti menyatukan diri
dengan kodrat alam tanpa tindakan berlebih-lebihan yang justru dapat membuat
manusia kehilangan. Ajaran hidup sederhana mengajak manusia untuk kembali pada
Tao. manusia yang tidak mampu menghayati hidup sederhana akan menjauhkannya
dari Tao.
Dengan
demikian, Lao Tze mengajak manusia untuk menghayati hidup sederhana dan
menghindarkan sikap hidup berlebih-lebihan, karena bisa memisahkan manusia dari
Tao dan pada akhirnya akan mendapat bencana.
2.
Rendah hati.
Lao Tze
mengatakan, manusia harus mengupayakan sikap rendah hati, jika tidak, manusia
akan terjebak dalam sikap angkuh, dan sombong. Sikap rendah hati diibaratkan
dengan ruang kosong. Dalam ruang kosong terdapat kegunaan yang bermanfaat serta
mengntungkan. Dengan mengosongkan diri berarti manusia mempercayakan diri pada
Tao, karena Tao adalah jalan dan penyelenggara segala sesuatu.
Dengan demikian, kerendahan hati akam membawa manusia kembali kepada Tao.
3.
Ingkar diri
Ingkar diri
merupakan sikap mau menyangkal diri dari segala keinginan yang muncul dalam
diri setiap individu. Sikap ini selaras dengan Tao karena dengan sikap ini manusia
tidak memuliakan dirinya. Dengan demikian, manusia yang memiliki sikap ingkar
diri akan mempercayakan dirinya kepada Tao dan akan hidup seturut kodrat alam.
4.
Cinta Sesama
Cinta
merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu manusia. Cinta
merupakan suatu ungkapan dalam penghayatan akan Tao. Sikap cinta ini tidak
terbatas pada diri sendiri, melainkan harus dimengerti secara luas. Artinya,
cinta harus diwujudnyatakan dalam keluarga, masyarakat dan negara. Maka, sikap
yang penting disini ialah kejujuran.
5.
Waspada
Sikap ini
merupakan upaya untuk melestarikan kehidupan dan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Sikap ini selaras dengan Tao karena dengan waspada manusia tidak
banyak mengeluarkan energi untuk bertindak. Karena itu, manusia memiliki banyak
energi atau tenaga dalam dirinya.
6.
Jujur
Tao dengan ajaran Wu weinya
mengajarkan manusia untuk tidak bertindak maupun tidak banyak berbicara. Lao
Tze menekankan agar tindakan nyata dan kejujuran dihidapi oleh setiap individu
manusia. Kejujuran dan tindakan nyata lebih penting dilaksanakan dari pada
banyak berbicara yang justru banyak menghabiskan energi.
Kekurangan dan Kelebihan Lao Tze
Kekurangan
Dari ajaran
Lao Tze terdapat kekurangan. Lao Tze tidak mengajak pengikutnya untuk mampu
mengintrospeksi diri dan kemudian memperbaiki apa yang telah diperbuatnya. Lao
Tze juga tidak mengajak orang untuk berjuang meraih impian di masa depan. Tao dengan
ajaran Wu weinya mengajarkan manusia untuk tidak bertindak maupun tidak banyak
berbicara.
Sehingga
untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lao Tze yang sulit ini
diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam secara intuisi.
Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan
mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut
Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran
Lao Tzu dengan menambahkan ilmu gaib dan mempraktikkan mistik.
Kelebihan
Solusi yang
digunakan Lao Tze dalam memperbaiki negara adalah menghindar dari struktur
pemerintahan karena oknum-oknum dalam dinastilah sumber utama ketidakberesan.
Merekalah yang menciptakan adanya peperangan. Menurutnya jalan hidup sederhana
ini adalah solusi tepat agar dinasti bisa maju dan berkembang dengan saling
menghargai dan menghargai martabat manusia.
Lao Tze
dalam jalan Tao mengajak pengikutnya untuk tidak bertindak dalam menghadapi
segala sesuatu dengan pikirannya sendiri, melainkan menjadikan segala sesuatu
tersebut selaras dengan alam.
Relefansi pemikiran Lao Tze
terhadap kondisi Indonesia
Kesederhanaan
dapat digunakan dalam pemerintahan kita. Dimana pemerintahan saat ini lebih
cenderung hidup bermewahan, sedangkan masyarakat masih ada yang tidak dapat
hidup layak. Pada bidang ekonomi, masyarakat biasa juga disarankan untuk hidup
sederhana, karna perbedaan strata ekonomi yang mencolok dapat menimbulkan iri
dengki sehingga dapat menjadikan pertikaian.
Semuanya
kembali ke alam. Dalam melakukan pembangunan sebaiknya memperhatikan alam.
Misalnya pembangunan jalan harus memperhatikan drainase agar tidak terjadi
banjir. Penggunaan lubang Biopori untuk peresapan air, sehingga air tanah dapat
tetap ada. Penggunaan AC yang diminimalisir dengan jalan memperbanyak bukakan
pada suatu bangunan. Pada bidang makanan yaitu mengurangi makanan FastFood yang
dapat menimbulkan berbagaimacam penyakit.
Kesimpulan
Lao Tze,
secara psikologis, mengembangkan jalan Tao ini dikarenakan Lao Tze berkembang
dalam dunia yang lemah dan tak berdaya. Konsep pemikiran maupun
pandangan-pandangan Lao Tze erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta
hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Mahaesa (Tao). Lingkungan
daerah Lao Tze yang miskin dan kecil mendasarkan ajarannya untuk bersikap
lembut dan selaras dengan alam. Pemikiran Lao Tze dapat diterapkan diindonesia
yang dimana Indonesia mulai kehilangan jatidiri bangsa.
Daftar Pustaka
Diposting oleh: windar_sj. 27 April 2007. http://winsig-cina.blogspot.com/2007/04/lao-tzu-sebagai-pribadi.html.
di akses 14 April 2012, pukul 16:14 WIB.
Yu-Lan, Fung. SEJARAH FILSAFAT CINA. 2007. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar