Daisypath Anniversary tickers

Daisypath Anniversary tickers

Selasa, 17 April 2012

LAO TZE


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedudukan filsafat dalam peradaban Cina dapat disamakan dengan kedudukan agama pada peradaban lain. Di Cina, filsafat menjadi perhatian bagi setiap orang yang berpendidikan. Tradisi pemikiran falsafah di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze, Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas filsafat Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-ciri khusus bangsa Cina.
Filsafat Cina lebih banyak memusatkan perhatian pada persoalan politik, kenegaraan dan etika. Filsafat Cina berkecendrungan mengutamakan pemikiran praktis berkenaan masalah dan kehidupan sehari-hari. Dengan perkataan lain filsafat cina cenderung mengarahkan pemikirannya pada persoalan-persoalan dunia bukan pada persoalan-persoalan neraka dan surga, bersangkutan dengan kehidupan manusia masa kini, bukan pada kehidupan manusia dalam dunia yang akan datang.
Sepanjang sejarah filafat cina, muncul enam mazhab penting. Keenamnya sering saling memengaruhi dan menggabungkan diri.
1.      Ju chia atau Konfusianisme atau mazhab cendekiawan
2.      Mo chia atau Mohisme atau mazhab cinta-kasih
3.      Ming chia atau mazhab nama
4.      Yin Yang chia atau mazhab Yin Yang
5.      Fa chia atau mazhab hukum
6.      Tao-te chia atau Taoisme atau mazhab jalan.

Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana riwayat hidup dan pemikiran  filsafat Lao Tze?
2.                  Bagaimanakah pemikiran filsafat etika Lao Tze?
3.                  Kekurangan dan kelebihan pemikiran Lao Tze?
4.                  Relefansi pemikiran Lao Tze terhadap kondisi Indonesia saat ini?

                                                           PEMBAHASAN

Riwayat Hidup dan Pemikiran Filsafat Lao Tze.
Lao Tze hidup pada rentang masa 604-531 SM. Lao Tze dilahirkan di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Lao Tze bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.'.
Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tze berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tze hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM), Lao Tze sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, Lao Tze juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit sekali catatan mengenai kehidupan Lao Tze. Karya besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tze yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab Tao Te Ching dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tze tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tze dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, Lao Tze adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, Lao Tze merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.

Jalan Keutamaan

Lao Tze, memiliki ajaran yang lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu paham spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tze dengan kitab utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan keutamaan. Lao Tze mempraktekkan prinsip jalan dan keutamaan tersebut. Lao Tze semakin menjalankannya secara radikal yaitu dengan menjauh dari dunia dan hidup di hutan. Lewat usahanya tersebut, Lao Tze dapat hidup panjang dan merupakan buah dari usahanya menjalankan prinsip-prinsip kehidupan yang dibuatnya. Jalan Tao muncul karena suatu protes terhadap manusia yang sangat peduli pada dirinya sendiri, yang menurut Lao Tze merusak dirinya sendiri. Contoh yang paling konkrit pada masa itu adalah perang. Perang sangat dibenci Lao Tze karena perang sangat mementingkan diri penguasa saja. Rakyat dengan perang menjadi semakin tepuruk dan menderita. Tidak ada kebahagiaan dan kedamaian yang didapat dari peperangan.Manusia memang harus menemukan kebahagiaan, bukan kesuksesan. Ini didiapat dengan mengikuti jalan Tao, bersatu dalam gerak Tao. Lao Tze dalam hidup di jalan Tao juga merupakan seorang pribadi yang sangat asketis.

Wu wei
Lao Tze hidup menyendiri terpisah dari dunia yang ramai, dengan menekankan prinsip hidup wu wei, yaitu kesederhanaan, penuh kedamaian, ketenangan batin, dan kemurnian pikiran atau budi. Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau direncanakan. Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.
Dalam hal tradisi, Lao Tze mengajak untuk menolak berbagai perayaan yang dibuat-buat dan mahal. Lao Tze juga menolak adanya instrumen musik. Dengan wu wei ini, para Taois dapat benar-benar bersatu dengan alam tanpa memperhitungkan baik buruknya karena memang dengan bersatu atau selaras dengan alam adalah perbuatan baik yang akan menghasilkan manusia yang bermutu.
Lao Tzeu memberikan solusi yang digunakan dalam memperbaiki negara yaitu menghindar dari struktur pemerintahan karena oknum-oknum dalam dinastilah sumber utama ketidakberesan. Oknum-oknum dalam dinastilah yang menciptakan adanya peperangan. Menurut Lao Tze jalan hidup sederhana adalah solusi tepat agar dinasti bisa maju dan berkembang dengan saling menghargai dan menghargai martabat manusia. Pada waktu buku Tao Te Ching ini ditulis, Dinasti Chou memang sedang mengalami masa kemunduran. Jika dinasti ingin terus bangkit, dinasti harus mengurangi peranannya dalam masyarakat. Dinasti tidak boleh terlalu ikut campur. Biarkan saja segalanya berjalan seperti adanya.

Etika Lao Tze
Lao Tze mengajarkan orang untuk mengenal hukum-hukum kodrat. Hukum kodrat bersifat tetap. Jika manusia tidak mengenal yang tetap dan bertindak sewenang-wenang tanpa melihat hukum, manusia akan terjerumus dalam bencana. Mengenal dan bertindak sesuai dengan hukum itulah jalan yang harus dilalui manusia untuk memperolah ketentraman dan mencapai tujuan-tujuannya. Penghayatan dan penyelarasan diri dengan Tao akan membawa manusia pada kesempurnaan hidup, karena sesuai dengan hukum kodrat. Kesesuaian dengan hukum kodrat didasarkan pada prinsip Wu wei.         
Di sisi lain, Lao Tze sangat menekankan enam sikap penting yang harus diperjuangkan oleh setiap individu manusia dalam kehidupan. Keenam sikap tersebut ialah: 
1.      Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan pola, hidup yang sesuai dengan Tao. Kesederhanaan merupakan pola hidup yang harus diupayakan, karena dengan hidup sederhana manusia dapat menikmati hidup yang aman dan damai. Kesederhanaan berarti menyatukan diri dengan kodrat alam tanpa tindakan berlebih-lebihan yang justru dapat membuat manusia kehilangan. Ajaran hidup sederhana mengajak manusia untuk kembali pada Tao. manusia yang tidak mampu menghayati hidup sederhana akan menjauhkannya dari Tao.
Dengan demikian, Lao Tze mengajak manusia untuk menghayati hidup sederhana dan menghindarkan sikap hidup berlebih-lebihan, karena bisa memisahkan manusia dari Tao dan pada akhirnya akan mendapat bencana.
2.      Rendah hati.
Lao Tze mengatakan, manusia harus mengupayakan sikap rendah hati, jika tidak, manusia akan terjebak dalam sikap angkuh, dan sombong. Sikap rendah hati diibaratkan dengan ruang kosong. Dalam ruang kosong terdapat kegunaan yang bermanfaat serta mengntungkan. Dengan mengosongkan diri berarti manusia mempercayakan diri pada Tao, karena Tao adalah jalan dan penyelenggara  segala sesuatu. Dengan demikian, kerendahan hati akam membawa manusia kembali kepada Tao.
3.      Ingkar diri
Ingkar diri merupakan sikap mau menyangkal diri dari segala keinginan yang muncul dalam diri setiap individu. Sikap ini selaras dengan Tao karena dengan sikap ini manusia tidak memuliakan dirinya. Dengan demikian, manusia yang memiliki sikap ingkar diri akan mempercayakan dirinya kepada Tao dan akan hidup seturut kodrat alam.
4.      Cinta Sesama
Cinta merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu manusia. Cinta merupakan suatu ungkapan dalam penghayatan akan Tao. Sikap cinta ini tidak terbatas pada diri sendiri, melainkan harus dimengerti secara luas. Artinya, cinta harus diwujudnyatakan dalam keluarga, masyarakat dan negara. Maka, sikap yang penting disini ialah kejujuran.
5.      Waspada
Sikap ini merupakan upaya untuk melestarikan kehidupan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sikap ini selaras dengan Tao karena dengan waspada manusia tidak banyak mengeluarkan energi untuk bertindak. Karena itu, manusia memiliki banyak energi atau tenaga dalam dirinya.
6.      Jujur
Tao dengan ajaran Wu weinya mengajarkan manusia untuk tidak bertindak maupun tidak banyak berbicara. Lao Tze menekankan agar tindakan nyata dan kejujuran dihidapi oleh setiap individu manusia. Kejujuran dan tindakan nyata lebih penting dilaksanakan dari pada banyak berbicara yang justru banyak menghabiskan energi.

Kekurangan dan Kelebihan Lao Tze
Kekurangan
Dari ajaran Lao Tze terdapat kekurangan. Lao Tze tidak mengajak pengikutnya untuk mampu mengintrospeksi diri dan kemudian memperbaiki apa yang telah diperbuatnya. Lao Tze juga tidak mengajak orang untuk berjuang meraih impian di masa depan. Tao dengan ajaran Wu weinya mengajarkan manusia untuk tidak bertindak maupun tidak banyak berbicara.
Sehingga untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lao Tze yang sulit ini diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam secara intuisi. Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran Lao Tzu dengan menambahkan ilmu gaib dan mempraktikkan mistik.

Kelebihan
Solusi yang digunakan Lao Tze dalam memperbaiki negara adalah menghindar dari struktur pemerintahan karena oknum-oknum dalam dinastilah sumber utama ketidakberesan. Merekalah yang menciptakan adanya peperangan. Menurutnya jalan hidup sederhana ini adalah solusi tepat agar dinasti bisa maju dan berkembang dengan saling menghargai dan menghargai martabat manusia.
Lao Tze dalam jalan Tao mengajak pengikutnya untuk tidak bertindak dalam menghadapi segala sesuatu dengan pikirannya sendiri, melainkan menjadikan segala sesuatu tersebut selaras dengan alam.

Relefansi pemikiran Lao Tze terhadap kondisi Indonesia
Kesederhanaan dapat digunakan dalam pemerintahan kita. Dimana pemerintahan saat ini lebih cenderung hidup bermewahan, sedangkan masyarakat masih ada yang tidak dapat hidup layak. Pada bidang ekonomi, masyarakat biasa juga disarankan untuk hidup sederhana, karna perbedaan strata ekonomi yang mencolok dapat menimbulkan iri dengki sehingga dapat menjadikan pertikaian.
Semuanya kembali ke alam. Dalam melakukan pembangunan sebaiknya memperhatikan alam. Misalnya pembangunan jalan harus memperhatikan drainase agar tidak terjadi banjir. Penggunaan lubang Biopori untuk peresapan air, sehingga air tanah dapat tetap ada. Penggunaan AC yang diminimalisir dengan jalan memperbanyak bukakan pada suatu bangunan. Pada bidang makanan yaitu mengurangi makanan FastFood yang dapat menimbulkan berbagaimacam penyakit.

Kesimpulan                                                      
Lao Tze, secara psikologis, mengembangkan jalan Tao ini dikarenakan Lao Tze berkembang dalam dunia yang lemah dan tak berdaya. Konsep pemikiran maupun pandangan-pandangan Lao Tze erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Mahaesa (Tao). Lingkungan daerah Lao Tze yang miskin dan kecil mendasarkan ajarannya untuk bersikap lembut dan selaras dengan alam. Pemikiran Lao Tze dapat diterapkan diindonesia yang dimana Indonesia mulai kehilangan jatidiri bangsa.
Daftar Pustaka
Diposting oleh: windar_sj. 27 April 2007. http://winsig-cina.blogspot.com/2007/04/lao-tzu-sebagai-pribadi.html. di akses 14 April 2012, pukul 16:14 WIB.
Yu-Lan, Fung. SEJARAH FILSAFAT CINA. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar