Semarang, Kompas - Kurikulum dan silabus pelajaran Biologi yang menjelaskan tentang asal-usul makhluk hidup dan melibatkan penjelasan tentang evolusi-dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi (PT)-perlu direvisi. Teori evolusi Darwin yang selama ini diajarkan di sekolah dinilai keliru.
Demikian dikatakan Taufikurahman, staf pengajar Departemen Biologi Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam seminar "Revolusi Inteligensi" yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi-Fakultas Agama Islam, Universitas Sultan Agung (Unissula) di Semarang, Sabtu (5/10) lalu.
Mengutip buku Keruntuhan Teori Evolusi yang merupakan terjemahan The Evolution Deceit karya Harun Yahya, Taufikurahman menjelaskan, teori Darwinisme yang menyatakan bahwa berbagai macam organisma di dunia ini memiliki hubungan kekerabatan atau asal-usul dari induk yang sama ditentang sejumlah kalangan.
"Teori Darwinisme tersebut menjelaskan bahwa spesies berubah, tidak tetap sepanjang waktu. Perbedaan-perbedaan antar-organisme tersebut dalam bentuk spesies yang beranekaragam muncul akibat adanya variasi-variasi yang terjadi di alam. Variasi yang menguntungkan akan bertahan hidup dan berkembang biak, sedangkan yang merugikan akan hilang karena mekanisme alam. Adanya variasi yang menguntungkan dan terakumulasi itu akhirnya dapat menghasilkan organisme (spesies) yang sama sekali berbeda," jelasnya.
Lebih lanjut Taufikurahman menjelaskan, teori Darwinisme tersebut menjadi mentah karena dalam kenyataannya tidak ada bukti berupa fosil yang menunjukkan adanya bentuk-bentuk transisi makhluk hidup di bumi. Perburuan fosil yang dilakukan para evolusionis, tidak menemukan bentuk transisi tersebut. Bahkan, fosil yang ditemukan justru membuktikan sebaliknya, bahwa kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dalam bentuk yang telah lengkap.
Bukti menarik lain yang menjungkirbalikkan perkiraan evolusionis adalah saat munculnya manusia modern berdasarkan jejak kaki yang berusia 3,6 juta tahun, yang adalah jejak kaki manusia modern. Artinya, tidak mungkin manusia modern keturunan homo erectus, homo habilis, dan australopithecus. (IKA)
SUMBER: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0210/08/dikbud/kuri09.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar