Daisypath Anniversary tickers

Daisypath Anniversary tickers

Selasa, 26 Oktober 2010

ETIKA JOHN DEWEY

ETIKA

PRAGMATISME JOHN DEWEY


PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang bersifat impulsif, refleksif, pengguna simbol, dan menyalurkan rasa puas dan rasa kecewanya melalui agen. Manusia dalam penyaluran perasaannya itu cenderung menyesuaikan dan mengakomodasikan dirinya dengan pola-pola kehidupan, nilai, dan kebiasaan manusia lain di dalam masyarakat

Sedangkan Teori Etika dan Nilai Teori Etika dimulai pada zaman orang Yunani mencari upaya untuk menemukan peraturan pengendalian hidup yang memiliki basis rasio dengan tujuan mengganti sesuatu yang diturunkan dari adat. Namun, alasan sebagai ganti dari adat adalah karena adanya kewajiban untuk mengisi obyek dan hukum yang pas sebagaimana adat.

Istilah Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.[1]

Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:[2]

1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.

2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).

3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat).

4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.

5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.

6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan).

Etika amat penting dalam situasi yang tidak didefinisikan dalam undang-undang namun diserahkan pada penilaian individu dan organisasi. Etika memandu komunikator dalam hal bagaimana berperilaku dalam situasi di mana aktivitas mereka memiliki kemungkinan untuk memberi dampak negative pada pihak lain.

BAB II

PEMBAHASAN

Riwayat Hidup John Dewey

John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika. Lahir di Burlington, Vermont tahun 1859. Ia masuk ke Universitas Vermont dalam tahun 1875. Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Jons Hopkins, di mana dalam tahun 1884 ia meraih gelar doktornya dalam bidang filsafat di universitas tersebut. Di universitas terakhir ini, Dewey pernah mengikuti kuliah logika dari Pierce, orang yang menggagas munculnya pragmatisme. Walaupun demikian, pengaruh terbesar datang dari guru dan sahabatnya G.S. Morris, seorang idealis. Dewey mengajar pada Universitas Michigan dalam bidang filsafat. Tahun 1889 ia pindah ke Universitas Minnesota. Akan tetapi pada akhir tahun yang sama, ia pindah ke Universitas Michigan dan menjadi kepala bidang filsafat. Tugas ini dijalankan sampai tahun 1894, ketika ia pindah ke Universitas Chicago yang membawa banyak pengaruh pada pandangan-pandangannya tentang pendidikan sekolah di kemudian hari. Ia menjabat sebagai pemimpin departemen filsafat dari tahun 1894-1904 di universitas ini. Ia kemudian mendirikan Laboratory School yang kelak dikenal dengan nama The Dewey School. Di pusat penelitian ini ia pun memulai penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praksis sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai ganti, ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan murid dalam diskusi dan pemecahan masalah. Selama periode ini pula ia perlahan-lahan meninggalkan gaya pemikiran idealisme yang telah mempengaruhi sejak pertemuan dengan Morris. Jadi selain menekuni pendidikan, ia juga menukuni bidang logika, psikologi dan etika. Dewey banyak mengadakan perjalanan antara lain ke negara-negara Eropa serta Jepang, Cina, Meksiko, dan Rusia. Di Jepang, misalnya, ia memberikan kuliah-kuliah dalam bentuk ceramah yang kemudian akan menjadi dasar pengembangan filsafat rekunstruksinya.[3]

Sejak ia berhenti dari universitas Colombia, ia aktif dalam pengembangan filsafat dan melanjutkan karya-karya dokrinnya. Dengan pelbagai usaha dan kerja yang dilakukannya selama masih bekerja di universitas-universitas maupun setelah itu, ia kemudian dikenal sebagai seorang yang mengembangkan filsafat secara baru di Amerika. Pemikirannya banyak mempengaruhi perkembangan filsafat, politik, pendidikan, religiusitas dan kesenian di Amerika.[4]

Pragmatisme sebagai suatu gerakan dalam filsafat lahir pada akhir abad ke-19 di Amerika. Karena itu sering dikatakan bahwa pragmatisme merupakan sumbangan yang paling orisinal dari pemikiran Amerika terhadap perkembangan filsafat dunia. Pragmatisme dilahirkan dengan tujuan untuk menjebatani dua kecenderungan berbeda yang ada pada saat itu. Kedua kecenderungan yang mau dijembatani itu yakni, pertantangan yang terjadi antara “yang spekulatif” dan “yang praksis”.

Secara teoretis, gerakan pragmatisme berawal dari upaya formulasi yang dilakukan oleh Charles Sanders Peirce, meskipun kemudian pragmatisme dikembangkan oleh William James.[5] Secara metodologis, pragmatisme akhirnya berhasil diserap oleh bidang-bidang kehidupan sehari-hari Amerika Serikat berkat kerja keras John Dewey. Secara garis besar, pemikiran filsafat John Dewey terdapat dalam konsepsi-konsepsi yang dibangunnya, dan dituangkannya ke dalam wacana-wacana yang dapat dipahami secara mudah oleh kalangan awam. John Dewey mewarnai gagasannya secara konstruktif dan dinamis melalui fenomena-fenomena hidup dan maknanya yang dituangkan dalam berbagai konsepsi filosofis, yang memiliki relevansi kental dengan situasi saat ini.Dewey memusatkan perhatiaanya pada masalah-masalah yang menyangkut etika, pemikiran sosial dan pendidikan.

Etika Pragmatis adalah bagian dari suatu teori deskriptif menyatakan bahwa norma-norma etika muncul melalui proses dibuat ketika norma-norma yang benar terhadap satu sama lain, yang sejajar proses konvergensi teori kebenaran Peirce. Sama seperti sejarah pemikiran menunjukkan keyakinan, sejarah manusia menunjukkan kebiasaan. Tapi agar etika pragmatis menjadi efektif, juga harus memberikan sebuah teori normatif, menetapkan kriteria untuk evaluasi kebiasaan dan norma-norma yang muncul.

BAB III

KESIMPULAN

Para filosof utilitarian seperti Jeremy Bentham, John Stuart Mill, Herbert Spencer dan bahkan juga John Dewey dalam hal ini memandang bahwa suatu tindakan itu dapat dinilai etis atau tidak etis berdasarkan seberapa besar tindakan itu mendatangkan suatu kemanfaatan alamiah seperti kesenangan, kepuasan, dan kebaikan masyarakat. Maka etika pragmatisme bukanlah sesuatu yang keliru dan harus dijauhi. Sebaliknya, pragmatisme mampu menciptakan optimisme dan membuang hambatan-hambatan yang biasa terselubung dalam doktrin-doktrin ideologi yang kaku.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Bretens, K. 2005. ETIKA - seri filsafat Atma Jaya:15. Jakarta: Gramedia.

Fudyartanta, R.B.S. 1974. Etika - Inti Sari Filsafat Kesusilaan dan Moral. Yogyakarta

Harun Hadiwijono, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.

Magnis Suseno, Franz, Dr, SJ. 1990. ETIKA DASAR - Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius

Solomon, Robert C dan Higgis, Kathleen M. A Short History of Philosophy. New York: Oxford Univercity. 1996

Zubaedi, dkk. 2007. Filsafat Barat - Dari logika Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

PUSTAKA TAMBAHAN

· http://solatun.wordpress.com/2009/02/13/logika-etika-dan-estetika/(15-10-2010)

· http://www.american-philosophy.org/archives/past_conference_programs/pc2005/Liszka.htm

· http://gitadesilestari-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/04/teori-john-dewey.html



[1] Prof. Dr. K.Bertrns. Sejarah filsafat Yunani. Hal 107-108

[2] Magnis Suseno, Franz, Dr, SJ. 1990. ETIKA DASAR. Dan Jurnal oleh Sri Soeprapto tentang pancasila

[3] Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd., dkk. Filsafat Barat: Dari logika Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Hal 136-137.

[4] Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd., dkk. Filsafat Barat: Dari logika Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Hal 136-137.

[5] Robert C Solomon,dan Kathleen M Higgis. A Short History of Philosophy. Hal 511.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar